Fi’il Mu’rab dan Fi’il Mabni » Alfiyah Bait 19-20
وَفِـــعْلُ أَمْـرٍ وَمُضِيٍّ بُنِـيَا ¤ وَأَعْرَبُوا مُضَارِعَاً إنْ عَرِيَا
Fi’il Amar dan Fi’il Madhi, keduanya dihukumi Mabni. Dan mereka Ulama Nahwu sama menghukumi Mu’rab terhadap Fi’il Mudhari’ jika sepi…
مِنْ نُوْنِ تَوْكِيْدٍ مُبَاشِرٍ وَمِنْ ¤ نُوْنِ إنَــاثٍ كَيَرُعْنَ مَنْ فُـــتِنْ
…Dari Nun Taukid yang mubasyaroh (bertemu langsung) dan Nun Jamak Mu’annats, seperti lafadz: Yaru’na Man Futin.
Setelah sebelumnya menerangkan Mu’rob dan Mabni untuk Kalimah Isim, selanjutnya pada dua Bait diatas Mushannif menerangkan Mu’rob dan Mabni untuk Kalimah Fi’il.
Menurut Qaul Madzhab Bashrah, bahwa asal-asal Kalimah Isim adalah Mu’rob sedangkan asal Kalimah Fi’il adalah Mabni. Adapun menurut Qaul Madzhab Kufah, bahwa hukum Mu’rob adalah asal bagi Kalimah Isim pun juga Kalimah Fi’il. Qaul yang pertama adalah Qaul yang lebih shahih. Sedangkan nukilan Dhiyauddin Bin ‘Ilj dalam kitabnya Al-Basith mengatakan: diantara sebagian Ahli Nahwu berpendapat bahwa Mu’rob merupakan asal untuk Kalimah Fi’il, dan cabang untuk Kalimah Isim.
FI’IL MADHI
Mufakat dalam hal kemabniannya
Mabni Fathah apabila tidak bersambung dengan wau jama’ dan dhomir rofa’ mutaharrik, contoh:
Mabni Fathah Dzahiran:
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ
Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.
Mabni Fathah Taqdiran:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya.
Mabni Dhommah jika bersambung dengan Wau Jama’ contoh:
قَالُوا سُبْحَانَكَ
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau”
Mabni Sukun jika bersambung dengan Dhomir Rofa’ Mutaharrik (yaitu: Ta’ Fa’il, Naa Fa’il, Nun Mu’annats.) contoh:
فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).
إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau
وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.
FI’IL AMAR
Mabni Sukun apabila Shahih Akhir dan atau bersambung dengan Nun Jamak Mu’annats. contoh:
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!…!
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat…!
Mabni atas membuang Nun, apabila bersambung dengan Alif Tatsniyah atau Wau Jama’ atau Ya’ Muannats Mukhathabah. contoh:
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas…!
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’…!
يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’…!
Mabni Membuang Huruf Illat apabila Kalimah Fi’il Amar tsb Mu’tal Akhir. contoh:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik …!
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar …!
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ
Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah …!
Mabni Fathah apabila bersambung dengan Nun Taukid. contoh:
اتركَنَّ الجدال
Sungguh tinggalkanlah! berbantah-bantahan …!
FI’IL MUDHARI’
Hukum Mu’rob untuk Kalimah Fi’il yaitu Fi’il Mudhari’, dengan syarat tidak bersambung dengan Nun Jamak Mu’annats atau Nun Taukid yang Mubasharoh (bersambung langsung).
Contoh:
اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan >
Apabila bersambung dengan Nun Taukid yang Mubasyaroh (bersambung langsung), baik Nun Taukid tsb Khafifah (ringan, tanpa tasydid) atau Tsaqilah (berat, memakai tasydid) maka Fi’il Mudhari’ tsb dihukumi Mabni Fathah.
Contoh:
كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah
Apabila bersambung dengan Nun Jamak Muannats, maka Fi’il Mudhari’ tsb dihukumi Mabni Sukun.
Contoh:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’
Apabila Fi’il Mudhori’ tidak bersambung secara langsung dengan Nun Taukid, seperti Fiil Mudhori’ yg bersambung dengan Alif Tatsniyah, artinya diantara Fi’il Mudhari’ dan Nun Taukid ada pemisah yaitu Alif Tatsniyah. Maka tetap dihukumi Mu’rob. tanda I’robnya sebagaimana FI’il Mudhori’ sebelum dimasuki Nun Taukid.
Contoh:
هَلْ تَذْهَبَانَّ
Apakah kamu berdua benar-benar akan pergi ?
Pada contoh ini lafadz تَذْهَبَانَّ asal lafadznya adalah تَذْهَبَانَنَّ berkumpul tiga nun, maka dibuang Nun yang pertama yaitu Nun Rofa’, alasannya berat karena tiga huruf yg sama beriringan.
وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
dan janganlah sekali-kali kamu berdua mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui
Demikian juga Mu’rob, yaitu Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan Wau Jama’ atau Ya’ Mukhathabah karena ada pemisah antara Fi’il Mudhori’ dan Nun Taukid. contoh:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.”
فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: Jika kamu melihat seorang manusia…
Demikianlah apa yang dimaksud dari perkataan Mushannif dalam Nadzom “…dan mereka Ulama Nahwu sama menghukumi Mu’rob terhadap Fi’il Mudhari’ apabila sepi dari Nun Taukid yang Mubasharah dan Nun Jamak Muannats…”.
Walhasil, dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif, bahwa apabila Fi’il Mudhori tidak sepi dari Nun Taukid yang Mubasharah dan Nun Jamak Muannats, maka hukumnya Mabni. Ini merupakan pendapat Madzhab Jumhur Ulama Nahwu.
Menurut Madzhab Imam Akhfasy, bahwa Fi’il Mudhori’ yg bersambung dengan Nun Taukid baik Mubasyaroh atau tidak, tetap dihukumi Mabni. dan sebagian Ulama menukil, bahwa Fi’il Mudhari’ tetap Mu’rab sekalipun bersambung dengan Nun Taukid yg Mubasharah.
Adapun Fi’il Mudhori’ yang tersambung dengan Nun Jamak Mu’annats, hukumnya Mabni tanpa khilaf, ini menurut tukilan Kiyai Mushannif pada sebagian Kitab-Kitabnya. Akan tetapi tidaklah demikian, bahkan Khilaf tetap ada dalam hal ini. sebagaimana pendapat Ulama yang ditukil oleh Ustadz Abul Hasan bin ‘Ashfur dalam Kitabnya Syarah Al-Idhah.
Referensi:
- Matan Alfiyah Ibnu Malik →DOWNLOAD
- Syarah Ibnu ‘Aqil →DOWNLOAD
- Syarah Asymuni →DOWNLOAD
- Syarah Dalilu As-Salik →DOWNLOAD
- I’rob Alfiyah Tamrin At-Thullab →DOWNLOAD
- Al-Qur’an terjemah Depak →DOWNLOAD
Artikel Terkait:
- Terjemah Alfiyah Bab Mu’rob dan Mabni
- Mp3 Alfiyah Bab Mu’rob dan Mabni
- Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar
- Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail, Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid
- Bait 12-13-14. Pembagian Kalimah Huruf dan Kalimah Fi’il serta ciri-cirinya
- Pembagian Fi’il
Mu’rab..mu’rab..mu’rab., ang wanna be “mu’rab”.
Bagus banget Tadz isi blog ini.
Mu’rab or Mu’rob Trim’s komentarnya
nama ane ini termasuk nabni ala misro yach tadz?… hehehe
Assalamu’alaikum Ustadz
tolong pak ustadz menjelaskan makna walakin syubbiha lahum ( QS.4:157) dari sisi nahwu shorofnya biar saya mendapatkan makna yg jelas utk kata “diserupakan” disini.. nabiul fa’ilnya apakah Isa as atau masdhar dari fi’il qataluhu dan shalabuhu.. mohon pencerahannya pak Ustadz..terima kasih sebelumnya
Assalamualaikum.. ade sikit persoalan nk ditanya… saya memerlukan syarah matan al-jurumiah..ade tak diletakkan dalam blog ni? terima kasih..
amil yang merafa’kan fiil mudhori’ itu apa?
saya coba jawab ya. fi’il mudhori’ dalam keadaan marfu’ apabila tidak ada amil di depannya. Jadi, justru karena tidak ada amil itulah maka fi’il mudhori’ tersebut dipastikan dalam keadaan rofa’.