Bab Nakirah dan Ma’rifat

الْنَّكِرَةُ وَالْمَعْرِفَةُ

Bab Nakiroh dan Makrifat

PENGERTIAN NAKIROH DAN MA’RIFAT

نَكِرَةٌ قَـــــابِلُ أَلْ مُؤثِّــــرَاً ¤ أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعَ مَا قَدْ ذُكِرَا

Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas ma’rifat, atau Isim yang menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifat).

وَغَيْــرُهُ مَعْرِفَـةٌ كَــهُمْ وَذِي ¤ وَهِنْـدَ وَابْنـيِ وَالْغُلاَمِ وَالَّذِي

Selain tersebut (pengertian Isim Nakirah) dinamaka Ma’rifat, yaitu seperti هم (Isim Dhomir), ذي (Isim Isyaroh), هند (Isim Alam), ابني (Isim Mudhof), الغلام (Isim yg ada AL ma’rifatnya) dan الذي (Isim Maushul).

ISIM DHOMIR / KATA GANTI (BAGIAN ISIM MA’RIFAT YG PERTAMA)

فَمَا لِذِي غَيْبَةٍ أوْ حُضُورِ ¤ كَأَنْـتَ وَهْـوَ سَمِّ بِالضَّمِيْرِ

Setiap Isim yang menunjukkan arti ghaib dan hadir seperti contoh: انت dan هم , maka namakanlah! Isim Dhomir.

ISIM DHAMIR MUTTASHIL

وَذُو اتِّصَالٍ مِنْهُ مَا لاَ يُبْتَدَا ¤ وَلاَ يَلِي إلاَّ اخْتِيَــــارَاً أبَــدَا

Dhomir yg berstatus Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak boleh mengiringi إلا selama masih bisa memilih demikian.

كَالْيَاءِ وَالْكَافِ مِنِ ابْني أكْرَمَكْ ¤ وَالْيَــاءِ وَالْهَا مِنْ سَلِيْهِ مَا مَلَكْ

Seperti Ya’ dan Kaf dari contoh lafadz: ابْني أكْرَمَكْ (Ya’ Mutakallim dan Kaf Mukhothob), dan seperti Ya’ dan Ha’ dari contoh lafadz: سَلِيْهِ مَا مَلَكْ (Ya’ Mukhotobah dan Ha’ Ghoib)

وَكُـلُّ مُضْمَرٍ لَـهُ الْبِنَا يَجِبْ ¤ وَلَفْظُ مَا جُرَّ كَلَفْظِ مَا نُصِبْ

Semua Dhomir wajib Mabni. Lafadz Dhomir yang dijarrkan, sama bentuknya dengan lafadz Dhomir yang dinashobkan.

لِلرَّفْعِ وَالْنَّصْبِ وَجَرَ نا صَلَحْ ¤ كَاعْـرِفْ بِنَا فَـإِنَّنَا نِلْـنَا الْمِـنَحْ

Dhomir Muttashil نا mencocoki semua bentuknya dalam mahal Rofa’, Nashob, dan Jarrnya. Seperti contoh lafadz: اعْرِفْ بِنَا فَإِنَّنَا نِلْنَا الْمِنَحْ ( ket. بنا = Mahal Jarr, فَإِنَّنَا = Mahal nashab, نِلْنَا = Mahal rofa’)

وَأَلِفٌ وَالْــوَاوُ وَالْنُّوْنُّ لِمَا ¤ غَابَ وَغَيْرِهِ كَقَامَا وَاعْلَمَا

Alif, Wau dan Nun, termasuk Dhomir Muttashil untuk Ghoib juga Hadhir. Seperti contoh: قَامَا (Alif Dhomir Muttashil Ghoibain, artinya: “mereka berdua telah berdiri”) dan contoh: اعْلَمَا (Alif Dhomir Muttashil Mukhothobain, artinya: “ketahuilah kalian berdua!”).

ISIM DOMIR YANG MUSTATIR

وَمِنْ ضَمِيْرِ الْرَّفْعِ مَا يَسْتَتِرُ ¤ كَافْعَلْ أوَافِقْ نَغتَبِطْ إذْ تُشْكرُ

Dhomir yang harus disimpan (Dhomir Mustatir) ada pada sebagian dhomir Rofa’, seperti pada contoh: افْعَلْ أوَافِقْ نَغتَبِطْ إذْ تُشْكرُ (ket: افْعَلْ = Fi’il ‘Amar untuk satu mukhotob, taqdirannya انت . dan  أوَافِقْ = Fi’il Mudhori’ untuk satu Mutakallim, taqdirannya انا. dan نَغتَبِطْ = Fi’il Mudhori’ untuk Mutakallim Ma’al Ghair, taqdirannya نحن . dan تُشْكرُ = Fi’il Mudhori’ untuk satu Mukhotob, taqdirannya انت.)

ISIM DHOMIR MUNFASHIL

وَذُو ارْتِفَاعٍ وَانْفِصَالٍ أَنَا هُوْ ¤ وَأَنْــتَ وَالْفُـــرُوْعُ لاَ تَشْــتَبِهُ

Dhomir Rofa’ dan Munfashil, yaitu أَنَا, هُوْ, أَنْتَ dan cabang-cabangnya yg tidak ada kemiripan.

وَذُو انْتِصَابٍ فِي انْفِصَالٍ جُعِلاَ ¤ إيَّايَ وَالْتَّـــفْرِيْعُ لَيْسَ مُشْـــكِلاَ

Dhomir Nashob yang dibuat untuk Munfashil, yaitu إيَّايَ dan cabang-cabangnya yg jelas tidak ada keisykalan.

PENGGUNAAN BENTUK DHOMIR

وَفِي اخْتِيَارٍ لاَ يَجِيء الْمُنْفَصِلْ ¤ إذَا تَــــأَتَّى أنْ يَجِيء الْمُتَّــصِلْ

Dalam keadaan bisa memilih, tidak boleh mendatangkan Dhomir Munfashil jika masih memungkinkan untuk mendatangkan Dhomir Muttashil.

وَصِلْ أَوِ افْصِلْ هَاء سَلْنِيْهِ وَمَا ¤ أَشْبَهَـهُ فِي كُنْـتُهُ الْخُــلْفُ انْتَمَى

Muttashil-kanlah atau Munfashil-kanlah..! (boleh memilih) untuk Dhomir Ha’ pada contoh lafadz سَلْنِيْهِ dan lafadz yang serupanya. Adapun perbedaan Ulama bernisbatkan kepada lafadz كُنْتُهُ.

كَـــذَاكَ خِلْتَنِيْــهِ وَاتِّصَــــــالاَ ¤ أَخْتَأارُ غَيْرِي اخْتَارَ الانْفِصَالاَ

Seperti itu juga, yaitu lafadz خِلْتَنِيْهِ , aku memilih menggunakan Dhomir Muttashil, selainku memilih menggunakan Dhomir Munfashil.

وَقَــــدِّمِ الأَخَصَّ فِي اتِّصَالِ ¤ وَقَدِّمَنْ مَا شِئْتَ فِي انْفِصَالِ

Dahulukanlah! Dhomir yang lebih khusus, di dalam penggunaan Dhomir Muttashil. Dan dahulukanlah Dhomir mana saja terserah kamu suka, di dalam penggunaan Dhomir Munfashil.

وَفِي اتِّحَادِ الرُّتْبَةِ الْزَمْ فَصْلاَ ¤ وَقَدْ يُبِيْحُ الْغَــيْبُ فِيْهِ وَصْـــلاَ

Gunakanlah! Dhomir Munfashil untuk perkumpulan Dhomir-Dhomir yg setingkat. Dan terkadang diperbolehkan penggunaan Dhamir Muttashil untuk perkumpulan Dhomir-Dhomir ghoib yg setingkat.

NUN WIQOYAH PEMISAH DHOMIR YA’ MUTAKALLIM dg KALIMAT FI’IL

وَقَبْلَ يَا الْنَّفْسِ مَعَ الْفِعْلِ الْتُزِمْ ¤ نُـــوْنُ وِقَــايَةٍ وَلَيْسِي قَدْ نُظِـــمْ

Sebelum Ya’ Mutakallim yang menyertai Kalimat Fi’il, ditetapkan (untuk dipasang) Nun Wiqoyah (nun pelindung). Sedangkan لَيْسِي sungguh ada yang menadzomkan seperti itu.

NUN WIQOYAH PEMISAH DHOMIR YA’ MUTAKALLIM dg KALIMAT HURUF

وَلــيْتَنيِ فَشَا وَلَيْتي نَـــدَرَا ¤ وَمَعْ لَعَلَّ اعْكِسْ وَكُنْ مُخَيَّراً

Contoh Lafadz seperti ليْتَنيِ (dgn Nun Wiqoyah) Sering dipakai, sedangkan Lafadz لَيْتي (tanpa Nun Wiqoyah) jarang digunakan. Dan perbalikkanlah Hukunya untuk lafadz yang menyertai لَعَلَّ. Dan jadilah kamu orang yang disuruh memilih!……

فِي الْبَاقِيَاتِ وَاضْطِرَارَاً خَفَّفَا ¤ مِنِّي وَعَنِّي بَعْـضُ مَنْ قَدْ سَلَفَا

…untuk sisa Kalimat Huruf lainnya (saudara لَيْت dan لَعَلَّ ). Dan karena alasan Darurat syi’ir, sebagian orang-orang dulu mentakhfifkan (tanpa tasydid/Nun wiqoyah) pada lafadz مِنِّي dan عَنِّي .

وَفِــي لَدُنِّــي لَدُنِــي قَـــلَّ وَفِـــي ¤ قَدْنِي وَقَطْنِي الْحَذْفُ أَيْضَاً قَدْ يَفِي

Untuk lafadz لَدُنِّي (dgn Nun Wiqoyah), jarang menggunakan lafadz لَدُنِي (tanpa Nun Wiqoyah). Dan untuk Lafadz قَدْنِي dan قَطْنِي dengan membuang (Nun Wiqoyah) terkadang terpenuhi.

************************

  1. Anonim
    27 November 2010 pukul 10:55

    syarahnya sekalian ya ustadz sukron kasir…..

  2. Lathief el Azer
    21 Februari 2011 pukul 07:45

    Aslmkm. . . .
    Maaf Ustdadz, apakah tersedia aplikasi kitab nadzom Alfiyah yang bisa di download. Syukron.

  3. pandu daya rahman
    6 Oktober 2011 pukul 22:04

    maaf, mau tanya. maksud dr “ibni diartikan isim mudhaf (yang diikuti isim ma’rifah) itu bagaimana? mudhafnya saja atau kesatuan mudhaf-mudhaf ilaih(idhofah)?
    krn hampir di kebanyakan buku, dikatakan mudhaf itu nakiroh tapi tanpa tanwin.
    dan di buku terjemahan alfiyah (lupa syarah siapa) dikatakan pada bait ini bahwa idhofah yang ma’rifah.
    mhn penjelasannya.syukron.

  4. Nur Akhyar
    19 Oktober 2011 pukul 15:13

    assalamualaikum… ,
    pk ustad sya mau tnya, isim fail itu termasuk nakiroh / ma’rifat ? seprti lafad naa-shi-run dri madhi na-sho-ro.
    terimakasih.

    • pandu
      20 Oktober 2011 pukul 13:07

      menurut ane, isim fail nakiroh. krn ada tanwin dibelakangnya dan tidak termasuk dari 7 golongan (ma’rifah) di atas.

      • Anonim
        2 Agustus 2012 pukul 20:47

        isim nakiroh

      • 5 November 2013 pukul 08:12

        ente salah ,banyak kok isim ma,rifat yg bertanwin di akhir nya ,,,contoh nya kalimat zaidun kan.

      • 27 Juli 2016 pukul 22:17

        Isim nakiroh bukan ma’rifat, karena jika ada alif dan lamnya berarti sudah memenuhi syarat dikatakan sebagai ma’rifat, tetapi disitu tidak ada alif dan lam di awal kalimat, jadi bukan termasuk isim ma’rifat

    • Anonim
      25 September 2013 pukul 15:38

      naqiroh

      • 28 Juli 2016 pukul 23:57

        belum tentu isim makrifat itu ada alif dan lam , isim dhomir , kata majmu’ , isim alam seperti lafad zaidun meski ada tanwin dia termasuk isim makrifat karena dia tergolong isim alam

  5. Anonim
    24 Oktober 2011 pukul 18:35

    ass…
    saya mau tanya, bisa tolong jelaskan ga apa itu dhomir mukhotobah,..terima kasih

    • 29 Juli 2016 pukul 00:10

      domir mukhotob itu menujukan kata obyek yg terkena sasaran pelaku

  6. rifqi
    28 Oktober 2011 pukul 21:36

    bolehkah lafadz syatun di jama,kan mu,annas salim?sdangkan dlm kitab2 sering mnggunakan jama, taksir tlng djwab scara detail?mksh ust!

  7. rifqi
    28 Oktober 2011 pukul 21:42

    buat nur akhyar menrutq isim fa’il itu trmasuk nakiroh karena yng bsa dktakan isim ma’rifat adalah{wa ghoiruhu ma’rifatun kahum wadhi wa hinda wabni wal ghulami walladzi}liht dlm nadhom alfiyyah bab nakiroh bait ke 2.

  8. anam al-khoir
    15 Maret 2012 pukul 14:25

    tlong d perjelas lgi ya ustadz….pembahasan tntng faedah dri msing” isim ma’rifat….

  9. Anonim
    6 September 2012 pukul 15:53

    sambunganny MAnA USTAD BAIT K 66-

  10. 26 November 2012 pukul 06:21

    aslmkm,ustd.mau tanya,apakah domir dan alif lam dapat bersatu apa tidak?tolong penjelasan nya beserta koidahnya,inbox.zerosevenarrifai@gmail.com

  11. 11 April 2013 pukul 15:18

    apakah perbedaan am khash dengan ma’rifat nakirah?

  12. 27 April 2013 pukul 13:15

    ustadz apa ada nadhom yg sekalain penjelasanya dalam bentul mp3

  13. hadipurnama
    30 April 2013 pukul 23:25

    maaf ustadz, izin simpen yah 🙂

  14. 16 Juli 2013 pukul 23:34

    apa sih maksudnya tulisan kotak-kotak/kolom-kolom di atas kok tidak kelihatan tulisannya apa hanya orang-orang yang tertentu yang bisa melihatnya????

  15. 8 Oktober 2013 pukul 06:27

    sukron katsiron ustazd

  16. Anonim
    9 Oktober 2013 pukul 13:37

    i like this,and we need more about arabic

  17. Anonim
    6 November 2013 pukul 14:38

    asu ra’ono arabe

  18. 16 Februari 2014 pukul 01:37

    salamun alaikum ya syekh…
    saya sedang mengikuti kajian alfiyah online yang antum tulis, tapi terhenti pada bait 65,,,ketika saya cari2 bait 66 dan selanjutnya syarahnya belum antum tulis….kalo bisa saya mohon lanjutkan bab 66 dan seterusnya….

  19. 20 Februari 2014 pukul 06:10

    Apssalamualaikum
    mf apakah pngrtian dr Naibul pail?

    • 13 April 2014 pukul 12:47

      Naibul Fa’il adalah Isim yg dirofa’kan baik secara lafzhan atau mahallan, menggantikan dan menempati tempatnya Fa’il yg tidak disebutkan, dan Fi’ilnya dibentuk Mabni Majhul. Baik isim yg menggantikan itu asalnya berupa Maf’ul bih atau serupanya sepeti Zhorof, Masdar dan Jar-majrur.

  20. Ali
    26 Juli 2014 pukul 21:33

    Kher dah bagus cukup lumayan ,semoga semua ikhlas …

  21. 22 Januari 2015 pukul 12:41

    syukron y akhi atas ilmu yg engkau sampaikan, dn salam dri ank cherbon….

  22. 8 Mei 2016 pukul 10:38

    Ttrima kasih,dengan adanya materi ini’bisa mempermudah kami untuk belajar Ilmu…. Nahwu

  23. ipa 1 18
    15 Januari 2018 pukul 14:15

    izin nyalin tulisan, makasih..

  1. 28 Maret 2013 pukul 12:29
  2. 9 Maret 2015 pukul 08:03

Tinggalkan komentar