Beranda > Bait 16-17 > Faktor Mabninya Kalimat Isim: Wadh’i, Ma’nawi, Niyabah, Iftiqoriy.

Faktor Mabninya Kalimat Isim: Wadh’i, Ma’nawi, Niyabah, Iftiqoriy.

كَالْشَّبَهِ الْوَضْعِيِّ فِي اسْمَيْ جِئْتَنَا ¤ وَالْمَعْـنَـــوِيِّ فِي مَتَى وَفِي هُـــــــنَا

Seperti keserupaan bangsa “Wadh’i” di dalam dua isimnya lafadz جئتنا. Dan keserupaan bangsa “Ma’nawi” dalam contoh متى dan هنا.

وَكَنِيَابَةٍ عَنِ الْفِعْلِ بِلاَ ¤ تَأَثُّــــرٍ وَكَافْــتِقَارٍ أُصِّلا

Dan keserupaan bangsa “Niyabah” pengganti dari Fi’il tanpa pembekasan I’rob (Isim Fi’il). Dan keserupaan bangsa “Iftiqoriy” kebutuhan yang dimustikan (membutuhkan shilah) .

Kitab Alfiyah Bab Mu'rob dan Mabni

Disebutkan pada dua bait di atas tentang macam-macam keserupaan kalimat isim terhadap kalimat huruf yang menjadi faktor kemabnian Kalimat Isim tersebut. Segi keserupaan ini terdapat pada empat faktor:

Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Wadh’i/ kondisi bentuknya:

Yaitu isim yang bentuknya serupa dengan bentuk kalimat huruf, hanya terdiri dari satu huruf misal TA’ pada lafadz ضربت. Atau hanya terdiri dari dua huruf misal NA pada lafadz أكرمنا. Sebagaimana contoh dalam Bait:

جئتنا

Engkau datang kepada kami.

TA’nya adalah Isim Fa’il dan NAnya adalah Isim Maf’ul dari Kata Kerja جَاءَ

Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Ma’nawi/maknanya:

Dalam hal ini ada dua term:
(1). Keserupaan bangsa makna yang ada padanannya, misal متى serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Istifham (kata tanya). Atau serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Syarat.

→ Contoh Isim Istifham:

مَتَى تَقُومُ ؟

Kapan kamu mau berdiri?

مَتى السّفرُ ؟

Kapan bepergian?

مَتَى نَصْرُ الله أَلاَ إِنَّ نَصْرَ الله قَرِيبٌ

“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

→ Contoh Isim Syarat:

مَتَى تَقُمْ أَقُمْ

Bilamana kamu berdiri, niscaya aku ikut berdiri.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

(2). Keserupaan bangsa Ma’nawi yang dikira-kira, karena tidak ada padanannya. Misal هنا artinya: disini (kata tunjuk sesuatu/Isim Isyarah) serupa maknanya dengan Kalimat Huruf secara dikira-kira karena tidak ada contoh kalimat huruf padanannya. Namun demikian, Isim isyarah ini menunjukkan makna dari suatu makna, diserupakan dengan Kalimat Huruf yang juga menunjukkan karakter demikian, seperti Kalimat Huruf  ما Nafi untuk meniadakan sesuatu, لا Nahi untuk mencegah sesuatu, ليت Tamanni untuk mehayalkan sesuatu, dan لعل Taroji untuk mengharap sesuatu, dan lain-lain. Contoh:

أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ

Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman

Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Niyabah/pengganti Fi’il

Yaitu semua jenis “Isim Fi’il” atau Kalimah Isim yang beramal seperti amal Kalimah Fi’il beserta bebas dari bekas ‘Amil, yang demikian adalah seperti Kalimat Huruf. Contoh:

هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ

jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu

دَرَاكِ زَيْدًا

Temukan Zaid!

Lafazh دراك “Darooki” pada contoh ini adalah Isim Mabni (Mabni Kasroh) karena serupa dengan Kalimah Huruf pada faktor Niyabah. disebutkan dalam Bait: بلا تأثر “yang tanpa dibekasi amil” atau mengamal I’rob tanpa bisa diamali I’rob. Adalah untuk membedakan dengan Isim yang beramal seperti Kalimat Fi’il tapi ada bekas Amil. Contoh:

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa!

ضَرْبًا زَيْدًا

Pukullah Zaid!

Lafadz ضربا “Dhorban” adalah Isim masdar yang dinashobkan oleh ‘Amil yaitu Kalimat Fi’il yang dibuang, menggantikan tugas Kalimat Fi’il اضرب “Idhrib!” pukullah!. Berbeda dengan lafadz دراك “Darooki” sekalipun dikatakan pengganti tugas Kalimat Fi’il أدرك “Adrik!” temukan! Tapi ia mandiri tanpa ada pembekasan ‘Amil.

Walhasil dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif: bahwa Masdar dan Isim Fi’il bersekutu dalam hal sama-sama menggantikan tugas Kalimat Fi’il. Perbedaannya adalah: Masdar ada bekas ‘Amil, dihukumi Mu’rob karena tidak serupa dengan Kalimat Huruf. sedangkan “Isim Fi’il” tidak ada bekas ‘Amil, dihukumi Mabni karena serupa dengan Kalimah Huruf.

Mengenai kemabnian dan masalah khilafiyah yang ada pada Kalimat Isim Fiil ini, akan diterangkan nanti pada Bait-Bait Syair Mushannif secara khusus yaitu pada Bab Isim Fi’il dan Isim Ashwat. Insya Allah.

Keserupaan pada Kalimah Huruf bangsa Iftiqoriy/kebutuhan yang musti.

Maksudnya adalah Isim Maushul seperti الذي dan saudara-saudaranya, musti butuh terhadap jumlah sebagai shilahnya. Sama seperti Kalimah Huruf yang musti butuh kepada kalimat lain. Oleh karena itu Isim Maushul dihukumi Mabni. Disebutkan dalam Bait وكافتقار أصلا “Kebutuhan yang dimustikan” untuk membedakan dengan Kalimah Isim yang Iftiqorinya/karakter kebutuhannya tidak musti. Seperti “Isim Nakirah” yang disifati, butuh terhadap jumlah sebagai sifatnya, namun  kebutuhannya itu tidak sampai pada kategori lazim atau musti. Contoh:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلاَرْضِ جَمِيعًا

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu

Kesimpulan dari dua Bait di atas, bahwa Isim Mabni ada enam bab: ISIM DHOMIR, ISIM SYARAT, ISIM ISTIFHAM, ISIM ISYARAH, ISIM FI’IL dan ISIM MAUSHUL.

Referensi:

  1. Anonim
    28 November 2015 pukul 20:42

    tambahan saja
    1. Maksud Wadl’i adalah bentuknya secara lebih mudah dapat dikatakan jumlah hurufnya karena minimal kalimat isim adalah tiga buruf maka apabila kurang dari tiga huruf berarti disamakan dengan kalimat Huruf yang mana kalimat huruf memang pada aslinya terdiri dari 1 atau dua huruf saja
    2. sedang arti Iftiqori adalah kebutuhan makksunya bila kita kembali kepada p[engertian kalimat huruf adalah kalimat yang mempunyai aryi biola digabung dengan kalimat lainnya, ini berarti mau tidak mau kalimat huruf membutuhkan kalimat lain, maka bila ada isim yang berkebutuhan secara wajib kepada kalimat lain maka juga disamnakan dengan kal. huruf seperti isim mausul HARUS ada silah setelahnya

  1. 16 November 2012 pukul 18:37
  2. 4 Juni 2016 pukul 16:27

Tinggalkan komentar