Beranda > Bait 11 > Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail, Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid.

Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail, Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid.

بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِي ¤ وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْـــلٌ يَنْجَلِي

Dengan tanda Ta’ pada lafadz Fa’alta dan lafadz Atat, dan Ya’ pada lafadz If’ali, dan Nun pada Lafadz Aqbilanna, Kalimah Fi’il menjadi jelas.

Matan Nazham Alfiyyah

Bait ini menjelaskan bahwa Kalimat Fi’il dibedakan dari Kalimah Isim dan Kalimah Huruf, dengan beberapa tanda-tanda pengenalnya sebagaimana disebutkan dalam bait syair, yaitu:

Ta’ Fail

Ta’ dalam contoh فَعَلْتَ dimaksudkan adalah Ta’ Fail mancakup:

  • Ta’ Fail untuk Mutakallim, Ta’ berharkat Dhommah contoh:

ضَرَبْتُ زَيْداً

Aku memukul Zaid.

  • Ta’ Fail untuk Mukhatab, Ta’ berharkat Fathah contoh:

ضَرَبْتَ زَيْداً

Engkau (seorang laki-laki) memukul Zaid.

  • Ta’ Fail untuk Mukhatabah, Ta’ berharkat Kasroh contoh:

ضَرَبْتِ زَيْداً

Engkau (seorang perempuan ) memukul Zaid.

Ta’ Ta’nits Sukun

Ta’ dalam contoh lafadz اَتَتْ Maksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh:

ضَرَبَتْ زَيْداً

Dia (seorang perempuan) memukul Zaid.

Menyebut  Ta’ Ta’nits Sukun untuk membedakan dengan Ta’ Ta’nits yang tidak sukun yang bisa masuk kepada Kalimat Isim dan Kalimat Hururf

  • Bisa masuk pada Kalimat Isim contoh:

هِيَ مُسْلِمَةٌ

Dia seorang Muslimah.

  • Bisa masuk kepada kalimat Huruf contoh:

وَلاَتَ حِينَ مَنَاصٍ

Ketika itu tidak ada tempat pelarian.

Ya’ Fa’il

Ya’ dalam contoh lafadz افْعَلِيْ dimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup:

  • Ya’ Fa’il pada Fi’il Amar. Contoh:

اضْرِبِيْ

Pukullah wahai seorang perempuan!

  • Ya’ Fa’il pada Fi’il Mudhori’, contoh:

تَضْرِبِيْنَ زَيْداً

Engkau (seorang perempuan) akan memukul Zaid.

Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir dikarenakan termasuk Ya’ Dhomir Mutakallim yang tidak Khusus masuk kepada Fi’il tapi bisa masuk kepada semua Kalimat contoh:

سَأَلَنِيْ اِبْنِيْ عَنِّيْ

Anakku menanyaiku tentang aku.

Nun Taukid

Nun dalam contoh lafadz أقْبِلَنَّ dimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:

  • Nun Taukid Khofifah tanpa Tansydid contoh:

لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ

Sungguh akan Kami tarik ubun-ubunnya.

  • Nun Taukid Tsaqilah memakai Tansydid contoh:

لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ

Sunggah kami akan mengeluarkanmu wahai Syu’aib.

  1. 10 September 2010 pukul 03:50

    Assalamualaikum wrb.
    Saya ingin studi perbandingan dengan ustad ibnu thaha kalo boleh..
    yang saya tanyakan adalah:
    kaedah manakah yang berlaku bagi kedua ayat dibawah ini :

    Surah Al Maedah ayat 69 إِنَّ الَّذينَ ءامَنوا وَالَّذينَ هادوا وَالصّٰبِـٔونَ وَالنَّصٰرىٰ

    Surah Al Baqarah ayat 62 إِنَّ الَّذينَ ءامَنوا وَالَّذينَ هادوا وَالنَّصٰرىٰ وَالصّٰبِـٔينَ

    Ayat manakah yang mendapat kaedah i’rab “athaf secara mufrad”, dan yang manakah “athaf secara jumlah” ?.

    • 11 September 2010 pukul 16:02

      Sebelumnya saya minta maaf karena pertanyaan saya salah ruang(tidak sesuai dengan materi dipostingan).

  2. 11 September 2010 pukul 20:42

    Wa’alikum Salam… wr…wb…Terimakasih atas komentarnya…
    Ditinjau dari pertanyaan akhi Adam… sepertinya akhi sudah mengenal kaidah nahwu yang berlaku untuk kedua ayat tersebut…sebab akhi telah menyebut dua parameter “athaf secara mufrad” dan “athaf secara jumlah”.

    Untuk Surah Al Maedah ayat 69 إِنَّ الَّذينَ ءامَنوا وَالَّذينَ هادوا وَالصّٰبِـٔونَ وَالنَّصٰرىٰ

    Athaf secara Jumlah, lafadz وَالصّٰبِـٔونَ dirofa’kan sebagai mubtada’ athaf kepada jumlah/kalimat sebelumnya. Artinya boleh merofa’kan ma’thuf kepada isimnya inna yang sudah tersusun sempurna menjadi Jumlah. sebagaimana kaidah Alfiyah Bait ke 188 Bab Inna dan Saudara-saudaranya:

    وَجَائِزٌ رَفْعُكَ مَعْطُوْفَاً عَلَى….مَنْصُوبِ إِنَّ بَعْدَ أَنْ تَسْتَكْمِلاَ
    Boleh kamu merofa’kan isim yg ma’thuf kepada isim manshubnya inna setelah kamu menyempurnakannya.

    • 12 September 2010 pukul 13:37

      Bukankah pada ayat 69 surat almaidah tsb إِنَّ الَّذينَ ءامَنوا وَالَّذينَ هادوا blm mencapai khbar dlm art blm sempurna?kalau demikian kembali saya tanyakan berlaku kaedah yang mana?dpersilahkan..wassalam

      • 12 September 2010 pukul 18:08

        Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Menurut pendapat Jumhur Ulama Nahwu dari Basrah Ada yang mengatakan khobarnya Inna yang dibuang. Dan ada yang mengatakan khobarnya Ma’thuf yang dibuang dan khobarnya Inna diakhirkan. Salah satu khobar dibuang karena sudah menunjukkan demikian. Banyak Kalimat dan Syair-syair Arab yang disusun seperti itu. Seperti itu juga salah satu Qiro’ah Sab’ah membaca ayat:

        إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتُهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ

        Merofa’kan lafadz مَلاَئِكَتُهُ

        Ref: Syarah Ibnu Aqil pada Bait 188 bab Inna.

  3. 12 September 2010 pukul 13:40

    dengan tdk mengurangi rasa hormat saya..izinkan saya mengangkat anda menjadi pengurus di group tata bahasa alquran dalam facebook trims..wassalam.

  4. 13 September 2010 pukul 21:19

    Ibnu Toha :
    Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Menurut pendapat Jumhur Ulama Nahwu dari Basrah Ada yang mengatakan khobarnya Inna yang dibuang. Dan ada yang mengatakan khobarnya Ma’thuf yang dibuang dan khobarnya Inna diakhirkan. Salah satu khobar dibuang karena sudah menunjukkan demikian. Banyak Kalimat dan Syair-syair Arab yang disusun seperti itu. Seperti itu juga salah satu Qiro’ah Sab’ah membaca ayat:
    إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتُهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
    Merofa’kan lafadz مَلاَئِكَتُهُ
    Ref: Syarah Ibnu Aqil pada Bait 188 bab Inna.

    Kalau memang begitu alternatif jawabannya,maka:
    1.Dari selengkapnya ayat tersebut:إِنَّ الَّذينَ ءامَنوا وَالَّذينَ هادوا وَالصّٰبِـٔونَ وَالنَّصٰرىٰ مَن ءامَنَ بِاللَّهِ وَاليَومِ الءاخِرِ وَعَمِلَ صٰلِحًا فَلا خَوفٌ عَلَيهِم وَلا هُم يَحزَنونَ
    pertanyaannya adalah yang mana yang menunjukkan mubtada`? dan yang mana yang menunjukkan khabar?
    2.Pada ayat tersebut juga.. dalm kaitan dengan alternatif alternatif jawaban yg diajukan(“Ada yang mengatakan khobarnya Inna yang dibuang. Dan ada yang mengatakan khobarnya Ma’thuf yang dibuang dan khobarnya Inna diakhirkan”)yang mana jawaban yang tepat?
    3.Dari pembacaan salah satu Qiro’ah Sab’ah(إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتُهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ )…bukankah berarti diperbolehkan merubah tekstual ayat?

    • 13 September 2010 pukul 23:34

      1. وَالصّٰبِـٔونَ Mubtada’
      مَن ءامَنَ بِاللَّهِ وَاليَومِ الءاخِرِ وَعَمِلَ صٰلِحًا فَلا خَوفٌ عَلَيهِم وَلا هُم يَحزَنونَ Khabar Jumlah Syarthiyyah.
      2. Sama Benar
      3. Qiro’ah Sab’ah, bacaan mutawatir dari para Shahabah rustu dari Nabi, beliau Bersabda:
      إِنّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ
      Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf (bacaan/dialek) (HR. Bukhari dan Muslim).
      Allah Berfirman:
      إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا
      Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab… (Az Zukhruf:3)
      Tidak menyebut suku Quraisy, tapi dialek suku Quraisy lebih utama karena suku Nabi.

  5. 16 September 2010 pukul 20:15

    trims akhi toha sementara jawabannya cukup.sangat bermanfaat.lain kali kita sambung lg

    • 16 September 2010 pukul 23:42

      🙂 Terimakasih Komentnya Akhi Adam… semoga bermanfa’at…

  6. jalaluddin
    19 Maret 2011 pukul 06:08

    majukan trus blognya ustz…..
    semoga dapat bermanfaat bagi kita yg baca, amin…

  7. iyep saepudin
    13 April 2011 pukul 07:07

    assalamu’alaikum ustadz
    Alhamdulillah saya temukan ilmu sewaktu saya nyantren,oleh karena tidak dipake dan tidak bener belajarnya maka saya ga bisa-bisa,oleh karena itu mohon bimbingannya saya ingin belajar dari awal lagi dan mudah2 han ada pencerahan.mohon dari mana saya harus mulai tolong di kirim ke alamt email saya.sukron

  1. 23 September 2010 pukul 03:10
  2. 16 November 2012 pukul 18:37

Tinggalkan komentar