Motif al-Hadzf/alasan membuang lafazh
ومِنْ دواعي الحذْفِ:
Beberapa motif AL-HADZF (pembuangan lafaz tanpa adanya qorinah)
إخفاءُ الأمرِ عنْ غيرِ المخاطَبِ، نحوُ: (أقبِلْ)، تريدُ (عليًّا) مثلًا
1. IKHFAUL-AMR, Merahasiakan perkara pada selain mukhotob yg bersangkutan. Contoh:
AQBIL! (terimalah olehmu!) dimaksudkan “olehmu” disini misalnya kepada seorang Ali saja. (karena diantara pemirsa hanya Ali dan mutakallim saja yg tahu qorinahnya)
وضِيقُ الْمَقامِ: إمَّا لتَوَجُّعٍ، نحوَ:
2. DHIQUL-MAQOM, (sempitnya situasi) baik karena situasi menderita, contoh dalam Syair:
قَالَ لِي كَيْفَ أنْتَ قُلْتُ عَلِيلُ سَهرٌ دَائِمٌ وَحُزْن طَوِيلُ
QOOLA LIY KAIFA ANTA QULTU ‘ALIILU # SAHRUN DA-IMUN WA HUZNUN THAWIILU
Dia berkata padaku “bagaimana keadaanmu” aku menjawab “sakit,.. karena selalu sulit tidur dan kesediahan yg panjang” (yakni, “aku sakit”)
وإمَّا لخوفِ فواتِ فرصةٍ، نحوُ قولِ الصيَّادِ: (غزالٌ).
Atau situasi takut kehilangan kesempatan, contoh seorang pemburu berkata : GHAZAL! “kijang!” (yakni, “ini kijang”)
والتعميمُ باختصارٍ، نحوَ: {وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلاَمِ}، أيْ: جميعَ عِبادِه؛ لأنَّ حذف المعمول يُؤْذِنُ بالعمومِ.
3. TA’MIM BIL IKHTISHAR (menjadikan umum dengan meringkas) contoh:
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ
WALLAAHU YAD’UU ILAA DAARIS-SALAAM
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga)”
Yakni, YAD’UU “JAMII-A ‘IBAADIHI” (yakni, menyeru kepada “semua hambaNya”) tidak menyebut ma’mulnya menandakan pemberitahuan secara umum.
وتنزيلُ المتعدِّي مَنزلةَ اللازمِ لعَدَمِ تَعلُّقِ الغرَضِ بالمعمولِ، نحوُ: {هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ}.
4. Memposisikan fi’il muta’addi sebagai fi’il lazim, dikarenakan tidak adanya target yang berta’alluq sebagai makmulnya. Contoh Firman Allah:
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ
HAL YASTAWIL-LADZIINA “YA’LAMUUNA” WAL-LADZIINA “LAA YA’LAMUUN”?
Adakah sama orang-orang yang “mengetahui” dengan orang-orang yang “tidak mengetahui?” (yakni, pengetahuan ttg ilmu).
ويُعدُّ من الحذفِ إسنادُ الفعْلِ إلى نائبِ الفاعلِ، فيُقالُ: حُذِفَ الفاعلُ للخَوْفِ منهُ أوْ عليه، أوْ للعلْمِ به، أو الجهلِ، نحوَ: (سُرِقَ المتاعُ)، و{خُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا}.
Bersandarnya kalimah fi’il pada Naibul Fail, juga dibilang sebagai motif al-Hadzf. Makanya disebutkan: dibuangnya Fa’il dikarenakan takut kepadanya atau kepada yg lain, atau karena sudah difahami, atau karana tidak diketahui. Contoh:
سُرِقَ المتاعُ
SURIQO AL-MATA’
Barang berharga itu telah dicuri
خُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
KHULIQOL-INSAANU DHA’IIFAA
Manusia tercipta sebagai insan dhaif
Piece of writing writing is also a excitement,
if you be acquainted with after that you can write
if not it is complex to write.
akhi ana mohon rido untuk ilmunya ana copy. Moga jadi amal jariyah.