Arsip

Posts Tagged ‘Tanwin Muqabalah’

Pengertian Isim Ghair Munsharif, Mutamakkin Ghair Amkan » Alfiyah bait 649

6 April 2012 5 komentar
–·•Ο•·–

مَا لا يَنْصَرِف

BAB ISIM TIDAK MUNSHARIF (Isim yg tidak bersuara tanwin)

الصَّرْفُ تَنْوِيْنٌ أتَى مُبَيِّنا ¤ مَعْنَى بِهِ يَكُونُ الاسْمُ أمْكَنَا

Sebutan “ash-Shorfu” adalah berupa “Tanwin” yg menjelaskan suatu arti: bahwa isim dengan tanwin ini disebut “Amkan” (lebih memungkinkan/lebih kuat keadaan/kedudukan isimnya). 

–·•Ο•·–

Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu “Alfiyah Bait 15. Isim Mu’rob dan Isim Mabni” bahwa Isim ada dua :

1. Isim Mabni
2. Isim Mu’rob

Isim Mabni disebut Isim Ghair Mutamakkin/Tidak Mutamakkin (tidak menduduki pangkat keisiman) dikarenakan tidak dapat menerima perubahan harkat.

Sedangkan Isim Mu’rob disebut Mutamakkin yakni menduduki pangkat keisiman dikarenakan dapat menerima perubahan tanda-tanda i’rob. Isim Mutamakkin dibagi dua :

1. Isim Mutamakkin Amkan :

yaitu Isim yg dapat dimasuki oleh Tanwin yg disebut Tanwin Tamkin atau disebut juga Tanwin Tamakkun/Tanwin Amkaniyah/Tanwin Shorf.

Definisi Tanwin Tamkin/tamakkun/amkaniyah/shorf :

Adalah Tanwin yg menunjukkan atas suatu makna “bahwa Isim yg dapat menyandang tanwin ini disebut Isim Mutamakkin Amkan”.

Penjelasan Definisi Tanwin Tamkin/tamakkun/amkaniyah/shorf :

  • Suatu makna, dalam difinisi tsb artinya: tidak adanya kalimah Isim serupa dengan kalimah Huruf yg menjadikan Isim Mabni, atau tidak serupa dengan kalimah Fi’il yg menjadikan Isim tidak menerima Tanwin.
  • Disebut Isim Mutamakkin Amkan, yakni kuatnya setatus keisimannya dikarenakan mencakupi pada dua tanda Isim “I’rob dan Tanwin”. Maka isim tersebut dinamakan “Mutamakkin” (berkedudukan) sebab menerima tanda-tanda i’rob, dan disebut “Amkan” (lebih kuat kedudukannya) sebab dapat bertanwin. dengan arti bahwa isim tersebut tidak menyerupai Fi’il yg mencegah tanwin, juga tidak menyerupai Huruf yg mencegah I’rab.
  • Keluar dari definisi “Menunjukkan atas suatu Makna”, adalah berupa Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.

“Tanwin Muqabalah” ada pada Jamak Mu’anntas Salim karena status tanwin ini dipasang sebagai muqabalah/perbandingan saja dari NUN pada Jamak Mudzakkar Salim. Tanwin Muqabalah ini bisa masuk pada Isim Munsharif, contoh:

هؤلاء بناتٌ فاهماتٌ

HAA’ULAAI BANAATUN FAAHIMAATUN = mereka anak-anak perempuan yg faham.

juga masuk pada isim Ghair Munsharif, contoh :

سعادات

SU’AADAATU = beberapa Su’ad (nama perempuan).

lafazh SU’AADAATU = boleh ditanwin menjadi SU’AADAATUN karena mempertimbangkan pada asal bentuknya yaitu jama’ mu’annats salim dan disebut tanwin muqabalah bukan tanwin tamkin. juga boleh tidak ditanwin dengan mempertimbangkan keadaannya yg sebagai “Isim Alam dan Mu’annats” termasuk dari dua illat isim tidak munsharif.

“Tanwin Iwadh” bisa masuk pada Isim-Isim Munsharif seperti “KULLUN” dan “BA’DHUN” juga bisa masuk pada Isim Ghair Munsharif seperti : “DAWAA’IN” dan “LAYAALIN” (akan dijelaskan pada bait-bait selanjutnya InsyaAllah).

2. Isim Mutamakkin Ghair Amkan:

Isim Mutamakkin Ghair Amkan adalah bagian Isim Mu’rob yg kedua, yakni bagian Isim yg tidak dapat dimasuki oleh Tanwin atau disebut Isim Ghair Munsharif atau Isim yg tidak dapat menerima Tanwin. Disebut Mutamakkin karena dapat menerima tanda I’rob, dan disebut Ghair Amkan karena tidak bertanwin sebab serupa dengan Fi’il.

Telah disebutkan pada pelajaran lalu (Isim Tidak Munsharif) bahwa tanda Jarnya dengan Fathah, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا

WA IDZAA HUYYIITUM BI TAHIYYATIN FA HAYYUU BI AHSANA MINHAA = Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya (QS. Annisa’ : 86)

Lafazh AHSANA = tanda jarnya dengan Fathah.

Kecuali jika mudhaf atau dimasuki AL, maka dijarkan dengan Kasrah, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

LAQOD KHOLAQNAL-INSAANA FIY AHSANI TAQWIIM = sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin :4)

Lafazh AHSANI = Jar dengan Kasroh sebab mudhaf pada lafazh TAQWIIM.

إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ

IDZAA QIILA LAKUM TAFASSAHUU FIL-MAJAALISI FAFSAHUU YAFSAHILLAAHU LAKUM = apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu (QS. Al-Mujaadilah :11)

Lafazh AL-MAJAALISI = Jar dengan kasrah sebab dimasuki AL.

Para Nuhat telah merumuskan kaidah tentang tanda-tanda Isim Ghair Munsharif dengan tanda yg nyata, dimana jika Isim Mu’rob didapati ada tanda ini maka menunjukkan Isim tersebut adalah Ghair Munsharif, dan jika tidak didpati tanda ini maka menunjukkan isim tersebut Munsharif.
Para Nuhat menyebut tanda-tanda Isim Ghair Munsharif dengan sebutan “ILLAT” yakni bahwa isim yg tercegah kemunsharifannya dikarenakan mempunyai Dua Illat ataupun Satu Illat yg menempati maqom Dua Illat. Para Nuhat telah membahas masalah isim Ghair Munsharif ini dengan sangat panjang dengan pemikiran yg ekstra. InsyaAllah keterangannya akan dijelaskan pada keterangan bait selanjutnya secara terperinci. Aamiin.